Bagi-bagi Sembako, Ribuan Warga Palu Rasakan Sentuhan Polri di Hari Bhayangkara ke-79

pojokPALU | Sore di halaman Markas Polda Sulawesi Tengah ramai bukan oleh barisan barikade atau sirene patroli, melainkan gelak tawa warga, suara anak-anak berlarian, dan aroma kemanusiaan yang begitu terasa. Di tengah hiruk pikuk kota yang lelah menanggung harga-harga yang melambung, ribuan paket sembako menjadi simbol harapan yang sederhana tapi nyata.
Setelah secara resmi membuka Turnamen Domino Kapolda Sulteng Cup 2025, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol. Agus Nugroho melanjutkan agenda sosial dengan membagikan 2.300 paket sembako kepada warga. Sebuah momen yang tak hanya ditunggu karena isinya, tapi karena makna di baliknya: kehadiran aparat bukan sebagai penguasa, melainkan pelayan masyarakat.
“Kami ingin Hari Bhayangkara bukan hanya menjadi seremoni internal Polri, tapi juga momen berbagi dan berbuat untuk masyarakat,” ujar Irjen Agus dengan suara yang tenang tapi penuh komitmen.
Bakti sosial ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Bhayangkara ke-79 yang mengusung tema “Polri untuk Masyarakat”. Sejak siang, warga dari berbagai penjuru Kota Palu dan sekitarnya memadati area acara. Beberapa bahkan datang sejak sebelum zuhur—tak ingin melewatkan kesempatan untuk mendapatkan sembako, dan mungkin juga, untuk sekadar merasakan bahwa negara masih hadir dalam bentuk yang mereka pahami.
Di antara antrian yang tertib, ada Fatma, warga Talise yang datang bersama anaknya.
“Kami sangat bersyukur. Ini sangat membantu kami yang sedang kesulitan,” ucapnya, sambil tersenyum memeluk erat tas berisi beras, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya.
Kehadiran Rektor Universitas Tadulako Prof. Amar, Wakapolda Brigjen Pol. Helmi Kwarta Kusuma Putra Rauf, serta jajaran Forkopimda dan Pejabat Utama Polda Sulteng menandai bahwa acara ini bukan hanya simbolik. Ia dirancang dengan pendekatan humanis, yang terus digaungkan Kapolda dalam setiap momentum—baik di lapangan maupun dalam kebijakan.
“Kami ingin terus hadir melalui program-program yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat,” tegas Kapolda.
Dan di hari itu, kehadiran Polri bukan dalam bentuk seragam yang mengintimidasi, tapi dalam paket sembako yang hangat, dalam ajakan domino yang bersahabat, dalam senyum yang menyambut warga tanpa syarat.
Karena sejatinya, Hari Bhayangkara tak harus selalu identik dengan parade. Ia bisa berwujud sederhana: seikat beras, sambil membagikan rasa aman dan empati. (bmz)