Dalam Kesunyian Ketika Garis Menjadi Pertanyaan, Banyak Kecurigaan

Di balik kesederhanaan pisang goreng dan kopi, sebuah revolusi visual sedang berlangsung di Galeri Marlah! Hub
pojokPALU | Tidak ada fanfare. Tidak ada pidato panjang. Hanya cahaya merah yang menyebar lembut di seluruh ruangan, menerangi jejak-jejak visual yang menantang cara kita memandang dunia. Di Galeri Marlah! Hub, Kota Palu, Jumat malam (11/7/2025), sebuah pameran yang tidak biasa sedang berlangsung.
Para pengunjung datang dengan rasa ingin tahu, disambut aroma pisang goreng dan kripik ubi kayu yang hangat. Sebaskom semangka segar dan secangkir kopi menjadi teman yang sempurna untuk menikmati sebuah perjalanan visual yang akan mengubah cara mereka melihat.
Lahirnya Sebuah Pertanyaan
“Garis Mencurigakan” – sebuah judul yang terdengar seperti teka-teki. Namun di balik frasa yang sederhana ini, tersimpan sebuah revolusi kecil dalam cara kita memahami seni visual. Pameran yang digelar platform seni interdisiplin Mutuals ini bukan sekadar pajangan karya, melainkan sebuah undangan untuk mempertanyakan segala yang kita anggap sudah pasti.
Taufiqurrahman Kifu, sosok di balik inisiatif ini bersama Forum Sudut Pandang, menggambarkan Mutuals sebagai “ruang studi dan eksplorasi artistik interdisiplin berbasis di Kota Palu.” Namun definisi resmi ini tidak menangkap esensi sesungguhnya dari apa yang sedang terjadi di ruang tersebut.
“Kami berupaya menciptakan ruang belajar seni kontemporer melalui pendekatan yang kontekstual dan adaptif terhadap kebutuhan partisipan,” jelasnya, dengan nada yang mencerminkan keseriusan sebuah misi yang lebih besar.

Jejak yang Terekam
Sejarah Mutuals tidak dimulai dari pameran ini. Akhir tahun 2024, mereka telah merilis “Rekaman” – sebuah buku yang mengarsipkan Kota Palu melalui drawing, rekaman bunyi, performans, dan bentuk eksplorasi lainnya. Karya-karya dalam buku itu kini menjadi fondasi bagi eksplorasi yang lebih dalam.
Dari arsip menjadi aksi. Dari dokumentasi menjadi dekonstruksi. Perjalanan ini mencerminkan sebuah proses organik dari sekelompok seniman yang tidak puas dengan sekadar mencatat, tetapi ingin mempertanyakan apa yang mereka catat.
Dua Jalan, Satu Tujuan
Pameran “Garis Mencurigakan” menawarkan dua pendekatan yang saling melengkapi. Pertama, produksi visual eksperimental yang dikembangkan melalui metode konstruktif – sebuah proses membangun karya dari elemen-elemen dasar tanpa pretensi representasi yang sudah ada.
Kedua, upaya kritis untuk membaca, menafsir, dan menilai ulang visual dengan menekankan elemen dasar medium seperti garis, bidang, dan tekstur. Bukan lagi tentang “apa yang digambarkan,” melainkan “bagaimana proses menggambar itu sendiri berbicara.”
Mencurigai Mata Sendiri
Yang paling menarik dari pameran ini adalah upayanya untuk menjauhkan diri dari kecenderungan representasi, moralitas, dan stereotip yang kerap muncul akibat bias konteks. Dengan mencurigai gaze atau subjektivitas pembuat karya, pendekatan ini menjadi cara untuk membuka kemungkinan refleksi kritis.
Enam partisipan – Fadhil Muhammad, Faozankhan, Isanisa, Lulu, MN Fiqri, dan Rizkispole – mempresentasikan karya yang mencakup spektrum medium yang luas. Coretan dan guratan pensil pada kertas berdampingan dengan rajutan benang. Kolase kertas berbicara dengan fotografi. Proyeksi gambar bergerak berinteraksi dengan ekspresi visual pada layar.
Keragaman ini bukan kebetulan. Ia mencerminkan upaya untuk tidak terjebak dalam satu cara pandang atau satu medium tertentu. Setiap karya menjadi eksperimen untuk memahami bagaimana elemen visual dapat berbicara tanpa harus terikat pada narasi yang sudah ada sebelumnya.

Ritual Pembuka dan Penutup
Pembukaan pameran diramaikan oleh Live Coding Music Performance dari Welder Rahmat (Palu/Parigi), serta DJ Set oleh Lomxx (Palu). Musik elektronik yang mengalir menciptakan atmosfer yang pas untuk karya-karya kontemporer yang dipamerkan.
Sementara penutupan pada 17 Juli 2025 akan diramaikan oleh pertunjukan teater dari Sanggar Seni Lentera, serta performance khusus dari Mutuals. Rangkaian acara ini menunjukkan bahwa pameran ini tidak hanya tentang karya visual, tetapi juga tentang penciptaan ekosistem seni yang lebih luas.
Perlawanan Terhadap Kecepatan
Di era di mana visual diproduksi dan dikonsumsi dengan kecepatan tinggi, “Garis Mencurigakan” mengajak kita untuk berhenti sejenak. Untuk tidak hanya melihat, tetapi juga mempertanyakan apa yang kita lihat. Untuk tidak hanya mengonsumsi, tetapi juga merefleksikan proses konsumsi itu sendiri.
Dalam kesunyian Galeri Marlah! Hub yang hanya diterangi rona merah lampu sorot, para pengunjung diajak untuk mencurigai setiap garis yang mereka temui. Bukan dalam artian negatif, tetapi dalam artian kritis – sebuah sikap yang mungkin semakin dibutuhkan di tengah gempuran visual yang tak pernah berhenti.
Refleksi yang Berkelanjutan
Pameran ini berlangsung hingga 17 Juli 2025, memberikan waktu yang cukup bagi siapa pun yang ingin merasakan pengalaman mencurigai garis dalam kesunyian visual yang menawan. Namun yang ditawarkan bukan sekadar pengalaman estetis, melainkan sebuah latihan cara pandang yang mungkin akan bertahan jauh setelah pameran ini berakhir.
Di tengah ruangan yang diterangi cahaya merah, dengan aroma pisang goreng yang masih menguar, sebuah pertanyaan mendasar terus bergema: bagaimana kita membaca dan menafsir visual di tengah gempuran media hari ini?
Jawaban untuk pertanyaan ini mungkin tidak akan pernah final. Dan mungkin, itulah yang membuat pameran ini begitu penting – bukan karena ia memberikan jawaban, tetapi karena ia mengajari kita untuk terus bertanya.
Dalam kesunyian yang dipenuhi cahaya merah itu, setiap garis menjadi sebuah pertanyaan. Dan setiap pertanyaan membuka kemungkinan baru untuk melihat dunia. (bmz)